Loading

Berita Kebudayaan

Berita
gambar

Rateeb Meuseukat: Syukur dalam Diam

 Budaya Aceh
|
 On Des 2025, 02:08 siang
|  0

budayaaceh.com, Banda Aceh - Rateeb Meuseukat merupakan sebuah tarian pertunjukan yang mengandung nilai keislaman. Dalam setiap gerakan dan syairnya terkandung pesan serta makna mendalam. Pada tahun 2025, tarian tersebut resmi ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) Indonesia.

Secara etimologis, nama tarian ini berasal dari bahasa Arab, rateb (ratib) yang berarti ibadah atau zikir, dan meuseukat (sakat) yang bermakna diam. Sesuai namanya, tarian ini adalah bentuk ‘zikir yang diam’, sebuah meditasi gerak yang lahir dari tradisi pengajian malam hari di Serambi Mekkah.

Menurut sejarah, awal mula terciptanya tarian khas tersebut di kawasan Nagan Raya, oleh Wan Rakibah, putri dari ulama besar Habib Seunagan. Pada mulanya, gerak ritmis ini digunakan sebagai medium dakwah untuk menyebarkan ajaran Islam, khususnya di kalangan perempuan, agar lebih mudah dihayati dan diingat.

Bukan Sekadar Kembaran Tari Saman

Bagi mata yang awam, Rateeb Meuseukat sering kali disalahpahami sebagai Tari Saman. Memang keduanya mengandalkan kecepatan gerak tangan dalam posisi duduk, namun Rateeb Meuseukat memiliki jati diri yang berbeda:

  • Penari: Jika Saman secara tradisional ditarikan oleh laki-laki, Rateeb Meuseukat adalah tarian khusus perempuan.
  • Bahasa: Syair yang dilantunkan menggunakan bahasa Aceh, berbeda dengan Saman yang menggunakan bahasa Gayo.
  • Iringan: Tarian ini murni mengandalkan musik vokal (acapella) dari para penari dan syahi (pemimpin lagu), tanpa alat musik eksternal.

Simbol Keteguhan Perempuan Aceh

Setiap gerakan dalam Rateeb Meuseukat bukan sekadar pamer ketangkasan. Ada filosofi persatuan yang mendalam di setiap bahu yang saling bersentuhan. Kecepatan gerak yang kian meningkat melambangkan keteguhan hati dan konsentrasi tinggi dalam mengingat Tuhan.

Pengakuan negara terhadap tarian ini melalui Kementerian Kebudayaan RI menjadi tonggak penting bagi masyarakat Nagan Raya. Penetapan ini bukan sekadar label administratif, melainkan pengingat bahwa di balik gerak dinamis perempuan-perempuan Aceh, tersimpan sejarah panjang dakwah dan syukur yang tak boleh lekang oleh zaman.

Rateeb Meuseukat tetap menjadi bukti bahwa seni di Aceh adalah nafas agama, di mana setiap tepukan adalah zikir, dan setiap gerak adalah doa. (Admin)

Berita Serupa

gambar

Penghargaan AKI 2025 Tahap III, Apresiasi Bagi Pel...

gambar

Disbudpar Aceh Serahkan Bantuan Untuk Korban Benca...

gambar

Khanduri Beureuat, Berbagi dan Bersyukur

gambar

Gunongan, Bukti Cinta Sultan Aceh Kepada Permaisur...

gambar

Khanduri Laot: Bersyukur Demi Keberkahan