Loading

Informasi WBTb

Tingkatan Data : Provinsi
Tahun pendataan : 01 January 2015
Tahun verifikasi dan validasi : 01 January 2015
Tahun penetapan : 01 January 2015
Sebaran kabupaten/kota : Kabupaten Aceh Utara, Kabupaten Bireuen, Kota Banda Aceh.
Entitas kebudayaan : WBTB
Domain WBTb UNESCO : Seni Pertunjukan
Kategori WBTb UNESCO : Seni Tradisional
Nama objek OPK : Tari Rabbani Wahid

Identitas Warisan Budaya Takbenda

Wilayah atau level administrasi : Provinsi
Kondisi sekarang : Masih Bertahan

Alamat Warisan Budaya Takbenda

Kabupaten/Kota : Kabupaten Bireuen

Deskripsi Warisan Budaya Takbenda

Updaya pelestarian : pengembangan, pemanfaatan, perlindungan
Referensi : https://dapobud.kemenbud.go.id/wbtb/a60eb704-48df-49cb-8b09-df5cb948158a

Penerimaan Formulir Warisan Budaya Takbenda

Tanggal penerimaan formulir : -
Tempat penerimaan formulir : -
Nama petugas penerimaan formulir : -

Nama Lembaya Budaya

Nama lembaga : -

Nama SDM Kebudayaan

Nama lembaga : -

Deskripsi Singkat

WBTb

Nama Lainnya : Tari Rabbani Wahid

Tarian Rabbani lebih dikenal di daerah pesisir Kabupater Bireuen, terutama di daerah Kecamatan Samalanga, dan saat ini sudah mulai dikembangkan di daerah-daerah sekitar Kabupaten Bireuen dan Aceh Utara. Dalam perkembangannya, Tari Rabbani Wahid mengalami pengembangan ke beberapa kawasan baik lokal maupun internasional. Kelompok jaringan tersebut adalah: 1. Kelompok Samalanga Wilayah Samalanga terdapat dua kelompok Tari yang beraliran Rabbani Wahid, yaitu: a. Rabbani Wahid Sangso Samalanga, adalah kelompok asal mula dari Rabbani Wahid yang digagas oleh T.M.Daud Gade. Kelompok ini menamakan sanggarnya dengan Cama Laot. b. Rabbani Wahid Pante Rheng, Samalanga adalah kelompok generasi berikutnya yang mengembangkan tari ini, peolopor dari kelompok ini adalah M. Kasim yang juga alumni dari kelompok Sangso. Di samping kelompok utama tersebut, Rabbani Wahid di Samalanga juga diajarkan di kalangan siswa, utamanya adalah SMP 1 Samalanga. 2. Kelompok Banda Aceh Tari Rabbani Wahid berkembang di Banda Aceh melalui pengajaran tari tersebut di sekolah menengah, yaitu SMP 3 Banda Aceh. Tari di sekolah ini dibina oleh Cetti, anak dari T.Daud Gade dan dilatih oleh Yuswar, generasi awal dari grup Sangso Samalanga. 3. Kelompok Jepang Cukup menarik untuk disebutkan bahwa Tari Rabbani Wahid juga sudah berkembang di lingkungan masyarakat Indonesia di Jepang. Kegiatan ini awalnya dibawa oleh Ikhsan, alumni Rabbani Wahid Sangso Samalanga. Dalam beberapa acara di Jepang, kelompok tari ini juga sering tampil mengisi pementasan seni dan menjadi daya tarik publik di negara Sakura tersebut. Tari Rabbani Wahid merupakan tari yang berasal pesisir Aceh yang dikembangkan pada tahun 1989 oleh T.M. Daud Gade di desa Sangso, Samalanga, Kabupaten Bireuen. Nama Rabbani Wahid dalam tari ini adalah istilah yang dibuat oleh T.M. Daud Gade berdasarkan syair yang dibacakan dalam tradisi Meugrob yang telah lama eksis dan berkembang di wilayah Samalanga dan sekitarnya. Rabbani Wahid diartikan sebagai Allah sang rabbi yang satu dan menggambarkan identitas dari tari ini yang syair-syairnya berisikan puji-pujian kepada Allah dan Rasulullah, nasehat-nasehat dan cerita-cerita yang semuanya bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. Syair yang dibacakan dalam tari Rabbani Wahid kebanyakan berasal dari Meugrob yang berasal dari Syeikh Muhammad Saman. Meugrob yang secara bahasa berarti melompat adalah gerak zikir yang dilakukan oleh para remaja laki-laki dan dewasa yang inti gerakannya adalah meulompat-lompat secara bergandengan tangan sambil membaca Allahu dan La Ilaaha Illallah. Gerak zikir Meugrob btelah berkembang sejak lama di wilayah Samalanga dan biasanya dilakukan pada malam hari saat malam Idul Fitri sampai menjelang Subuh. Dalam kehidupan sosial budaya masyarakat Samalanga dan sekitarnya, tradisi meugrob sudah sangat mengakar kuat dan selalu dimainkan di Meunasah-meunasah yang masih berkonstruksi kayu, sehingga suara gerak hentakkan kaki pada saat meugrob dilakukan, dapat terdengar keras sampai ke pemukiman penduduk desa di wilayah tersebut. Asal mula Meugrob sendiri belum ditemukan informasi yang jelas akar sejarah dari tradisi Meugrob ini dalam masyarakat Samalanga. Namun demikian, dari tulisan literatur Arab Melayu syair Meugrob telah disebutkan nama Sulthan Muhammad dalam bait-bait syairnya (Gambar 4.1). Tampaknya yang dimaksud Sultan Muhammad ini adalah salah satu raja di Aceh sehingga dapat disimpulkan bahwa Meugrob berkembang antara tahun 1857-1870 M.