| Tingkatan Data | : | Provinsi |
| Tahun pendataan | : | 01 January 2023 |
| Tahun verifikasi dan validasi | : | 01 January 2023 |
| Tahun penetapan | : | 01 January 2023 |
| Sebaran kabupaten/kota | : | Kabupaten Aceh Timur. |
| Entitas kebudayaan | : | WBTB |
| Domain WBTb UNESCO | : | Adat Istiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan-Perayaan |
| Kategori WBTb UNESCO | : | Upacara/Ritus |
| Nama objek OPK | : | Munirin Reje |
| Wilayah atau level administrasi | : | Provinsi |
| Kondisi sekarang | : | Masih Bertahan |
| Kabupaten/Kota | : | Kabupaten Aceh Timur |
| Updaya pelestarian | : | perlindungan, pengembangan, pemanfaatan, pembinaan, pemajuan |
| Referensi | : | - |
| Tanggal penerimaan formulir | : | - |
| Tempat penerimaan formulir | : | - |
| Nama petugas penerimaan formulir | : | - |
| Nama lembaga | : | - |
| Nama lembaga | : | - |
WBTb
Nama Lainnya : Munirin Reje
Desa Bunin merupakan salah satu desa yang terdapat dikabupaten Aceh Timur dan masuk wilayah kecamatan Serbajadi. Bunin termasuk desa yang cukup jauh jaraknya dari pusat ibu kota kabupaten Aceh Timur, memiliki satu warisan budaya yang sampai saat ini masih sangat terjaga kelestariaannya yaitu Tradisi Munirin Reje atau dalam bahasa indonesia dapat diartikan sebagai upacara memandikan raja. Secara kultural masyarakat desa Bunin mengikuti adat orang Gayo dan pemimpin di desa biasa disebut dengan istilah reje (raja) tetapi aturan yang berlaku di sana kepala desa disebut dengan geuchik karena mengikuti tradisi Aceh pesisir yang merupakan suku bangsa mayoritas di wilayah Kabupaten Aceh Timur. Pada masa dahulu, jabatan reje diangkat berdasarkan keturunan dan satu orang reje memimpin satu kemukiman, namun dengan perkembangan zaman yang mempengaruhi perubahan penataan administrasi desa, dalam satu kemukiman dibagi menjadi beberapa desa dan memiliki reje masing masing di setiap wilayah desa, tidak lagi di wilayah kemukiman. Tradisi Munirin Reje dimasyarakat Gayo Lokop serbajadi kabupaten Aceh Timur masih sangat kental dan dilestarikan sampai saat ini. Tradisi muniren reje sudah dilaksanakan secara turun temurun saat seorang reje atau geuchik memulai tugasnya setelah terpilih. Tujuannya supaya reje yang memimpin daerah atau kampong itu bisa merakyat dan dalam keadaan suci demi kemajuan kampong yang dipimpinnya. Hajatan ini juga sekaligus sebagai ajang silaturrahmi dan saling memaafkan dihari fitri setelah menunaikan ibadah puasa bulan ramadhan. Menurut Maestro Bapak Nyak Sah (60 Tahun) Munirin Reje telah ada sejak masa kolonial Belanda pada Abad Ke-19. Informasi ini Beliau dengar dari ayah beliau yaitu Bapak H. Usman (98 Tahun) dan Bapak Beliau diceritakan oleh kakek Beliau Gendoet (98 Tahun). Hal serupa juga di sampaikan dan diperkuat oleh Bapak Abdul Manaf (60 Tahun) selaku ketua Majelis Adat Aceh Kabupaten Aceh Timur bahwa Munirin Reje telah ada sejak zaman Belanda pada Abad Ke-19 di Kecamatan Serba Jadi Lokop. Dalam sebuah tulisan Hurgronje – seorang sarjana Belanda bidang budaya Oriental dan bahan serta penasehat urusan pribumi untuk Pemerintah Kolonial Hindia Belanda, pada masa penjajahan Belanda Ke Aceh, dalam tulisannya juga menyinggung tentang perayaan Munirin Reje. Prosesi adat Munirin Reje atau memandikan Raja masih berlaku di Gayo Lokop Serbajadi Kabupaten Aceh Timur yang dilaksanakan setiap tahun. Pada pelaksanaan Shalat Idhul Fitri 1 Syawal tahun 2022 masyarakat setempat melaksanakannya di desa Bunin Kecamatan Serbajadi Lukup Kabupaten Aceh Timur atas nama geuchik Mustaqirun. Prosesi Munirin Reje diawali dengan ditepung tawari secara adat gayo oleh para ibu ibu yang dianggap banyak mengetahui tentang adat yang ada didalam masyarakat tersebut. Setelah selesai ditepung tawari dilanjutkan dengan mengantarkan geuchik ke sungai setelah mengenakan baju kebesaran berupa baju adat gayo serta memakai Bulang Pengkah (Peci yang dipakai raja). Tradisi ini dipimpin oleh imam dan petua adat Gayo di kampung setempat. Diiringi beramai ramai oleh seluruh warga kampung tua dan muda pria dan wanita dengan memukul canang dan gong serta bertakbir. Setelah sampai disungai sebelum dimandikan geuchik terlebih dahulu dilulut dan ditepung tawari oleh perangkat desa kampung seperti imam kampung dan peutua kampung. Adapun alat alat yang digunakan ketika pelaksanaan prosesi Tradisi Munirin Reje sebagai berikut (1) Bulang Pengkah. (2) Baju kerrawang. (3) opuh kerawang. (4) Genit rante (tali pinggang). (5) Tawar (alat peusijuek). (6) Lulut (beras dan jeruk purut). (7) Pedang. (8) Payung renggiep khas gayo. (9) Ampang (tempat duduk raja).