| Tingkatan Data | : | Provinsi |
| Tahun pendataan | : | 01 January 2023 |
| Tahun verifikasi dan validasi | : | 01 January 2023 |
| Tahun penetapan | : | 01 January 2023 |
| Sebaran kabupaten/kota | : | Kabupaten Aceh Barat, Kabupaten Aceh Barat Daya, Kabupaten Aceh Besar, Kabupaten Aceh Jaya, Kabupaten Aceh Selatan, Kabupaten Aceh Singkil, Kabupaten Aceh Tamiang, Kabupaten Aceh Tengah, Kabupaten Aceh Tenggara, Kabupaten Aceh Timur, Kabupaten Aceh Utara, Kabupaten Bener Meriah, Kabupaten Bireuen, Kabupaten Gayo Lues, Kabupaten Nagan Raya, Kabupaten Pidie, Kabupaten Pidie Jaya, Kabupaten Simeulue, Kota Banda Aceh, Kota Langsa, Kota Lhokseumawe, Kota Sabang, Kota Subulussalam. |
| Entitas kebudayaan | : | WBTB |
| Domain WBTb UNESCO | : | Pengetahuan dan Kebiasaan Perilaku Mengenai Alam dan Semesta |
| Kategori WBTb UNESCO | : | Keterampilan Tradisional |
| Nama objek OPK | : | Madeung |
| Wilayah atau level administrasi | : | Provinsi |
| Kondisi sekarang | : | Masih Bertahan |
| Kabupaten/Kota | : | Kabupaten Aceh Besar |
| Updaya pelestarian | : | perlindungan, pengembangan, pemanfaatan, pembinaan |
| Referensi | : | - |
| Tanggal penerimaan formulir | : | - |
| Tempat penerimaan formulir | : | - |
| Nama petugas penerimaan formulir | : | - |
| Nama lembaga | : | - |
| Nama lembaga | : | - |
WBTb
Nama Lainnya : Madeung
Madeung dalam masyarkat Aceh adalah proses yang dijalani ketika seseorang perempuan melahirkan. Fase ini secara tradisional dipahami sebagai fase penyembuhan selama sekitar 44 hari, setelaah 44 hari berlalu, baru madeung dianggap selesai. Penentuan jumlah sebanyak 44 hari, sepertinya merujuk pada batsn waktu darah nifas yang dijelaskan dalam kitab kita fikih. Walaupu demikian prosesi adeung itu sendiri tidaklah didasarkan pada liateatatur fikih Islam secara spesifik, namun lebih banyak didominasi oleh adat, kebiasaan dan tradisi yang secara turun menurun dipraktekkan oleh generasi ke generasi. Pihak keluarga perempuan akan terlibat aktif membantu dalam proses madeung, baik dalam menyiapkan obat maupun dalam memastikan bahwa pantangan dan larangan, terutama terkait dengan makanan apa yang boleh dan tidak boleh dimakan, dipatuhi oleh orang yang sedang madeung. Sebelum masa kelahiran tiba, memang ada beberapa adat kebiasaann, termasuk mee bu( membawa nasi, lauk dan makanan lainnya)yang dilakukan oleh keluarga suami (terutama jika anak pertama) yang dalam sebagian masyarakat disebut meuheui ma blein (memanggil bidan kampong). Istilah mablien adalah ditunjukan untuk bidang tradisional di kampong, yang biasanya memiliki pegetahuan dan keahlian tradisional dalam membantu proses kelahiran dan penyembuhan setelahnya ketika madeung. Untuk kepentingan madeung, lazimnya disiapkan tempat khusus yang biasanya dipisah dari kamar tidur mereka, untuk mempermudah akses semua pihak yang ingin membantu selama proses kelahiran dan madeung.Setelah sang anak lahir, si ibu akan mulai memasuki fase madeung sampai 44 hari berikutnya. Secara tradisi selama madeung, seorang perempuan tidak keluar rumah atau melakukan kegiatan-kegiatan berat lainnya. Tidak hanya itu, keluarga (biasanya kerabat perempuan, termasuk ibu atau ibu mertuanya) akan memberikan aturan yang ketat tentang makanan yang boleh dimakan dengan asumsi untuk penyembuhan luka pasca melahirkan, serta pantangan lainnya. Sebagai contoh, orang yang madeung tidak boleh minum air putih dalam jumlah banyak, dan tidak boleh makan-makanan yang banyak mengandung minyak. Dengan demikian, makanan mereka cenderung kering dan tidak mengandung air. Hal lain yang membedakan madeung secara tradisional adalah proses pembakaran batu sebagai salah satu ben- tuk pengobatan untuk penyembuhan yang diletakkan di atas perut orang yang bersalin selama beberapa saat. Hal ini diulang sampai berkali-kali sebagai bentuk terapi untuk menormalkan kembali or- gan-organ reproduksi (rahim). Seiring waktu dan temuan-temuan modern dalam bidang kedokteran, termasuk terkait pengobatan pasca persalinan, pengobatan tradisional yang menggunakan herbal kemudian diganti dengan pemberian obat-obatan kimiawi. Begitu juga pembakaran batu yang biasanya dilakukan, juga sudah jarang ditemui. Namun demikian fase pasca melahirkan (bersalin) bagi seorang perem- puan dalam masyarakat Aceh tetap disebut ‘madeung’ sebagai wujud dari fase penyembuhan setelah melahirkan.