Tingkatan Data | : | Provinsi |
Tahun pendataan | : | 01 January 2021 |
Tahun verifikasi dan validasi | : | 01 January 2021 |
Tahun penetapan | : | 01 January 2021 |
Sebaran kabupaten/kota | : | Kabupaten Aceh Barat, Kabupaten Aceh Barat Daya, Kabupaten Aceh Besar, Kabupaten Aceh Jaya, Kabupaten Aceh Selatan, Kabupaten Aceh Singkil, Kabupaten Aceh Tamiang, Kabupaten Aceh Tengah, Kabupaten Aceh Tenggara, Kabupaten Aceh Timur, Kabupaten Aceh Utara, Kabupaten Bener Meriah, Kabupaten Bireuen, Kabupaten Gayo Lues, Kabupaten Nagan Raya, Kabupaten Pidie, Kabupaten Pidie Jaya, Kabupaten Simeulue, Kota Banda Aceh, Kota Langsa, Kota Lhokseumawe, Kota Sabang, Kota Subulussalam. |
Entitas kebudayaan | : | WBTB |
Domain WBTb UNESCO | : | Ketrampilan dan Kemahiran Kerajinan Tradisional |
Kategori WBTb UNESCO | : | Keterampilan Tradisional |
Nama objek OPK | : | Kupiah Meukutob |
Wilayah atau level administrasi | : | Provinsi |
Kondisi sekarang | : | Masih bertahan |
Kabupaten/Kota | : | Kabupaten Pidie |
Updaya pelestarian | : | perlindungan, pengembangan, pemanfaatan, pembinaan |
Referensi | : | - |
Tanggal penerimaan formulir | : | - |
Tempat penerimaan formulir | : | - |
Nama petugas penerimaan formulir | : | - |
Nama lembaga | : | - |
Nama lembaga | : | - |
WBTb
Nama Lainnya : Kupiah Meukutob
Kupiah Meukutop merupakan sebuah warisan budaya Aceh yang sudah dikenal sejak zaman dahulu pada masa kolonial Belanda. Namun, kupiah meukutop masih mengandung sedikit unsur kontroversial. Hal ini berkaitan dengan asal usul lahirnya Kupiah Meukutop tersebut. Sebagian pihak menyebut bahwa Kupiah Meukutop berasal dari Meulaboh, Aceh Barat. Namun, sebagian pihak juga menyebut bahwa Kupiah Meukutop ini berasal dari Kemukiman Garot-Tungkop Kecamatan Indrajaya Kabupaten Pidie. Namun setelah dipelajari lebih lanjut, Kupiah Meukutop ini merupakan salah satu warisan budaya Pidie yang sudah lama dilestarikan oleh masyarakat Pidie khususnya oleh pengrajin Kupiah Meukutop yang ada di Desa Rawa Tungkop dan Desa Garot Cut Kecamatan Indrajaya Kabupaten Pidie. Diera zaman dahulu sangat sedikit orang yang membuat Kupiah Meukutop ini karena selain proses pembuatannya yang sedikit sulit dan memakan waktu lama serta berbahan baku sedikit mahal, dan belum tau area pemasarannya untuk menjual karya budaya tersebut. Tetapi berbeda dengan sekarang ini, peminat Kupiah Meukutop ini lebih banyak dan lebih mudah untuk memasarkannya baik di daerah Aceh sendiri maupun diluar Aceh. Di Gampong Garot Cut kerajinan Kupiah Meukutop bernaung dalam satu kelompok pengrajin yaitu Kelompok Bungong Jaroe yang diketuai oleh ibu Hendon Ahmad dan sudah berdiri sejak tahun 1962, di Gampong Rawa Tungkop juga terdapat satu kelompok pengrajin bernama Tungkop Indah yang diketuai oleh Ibu Fatmawati yang sudah berdiri sejak tahun 1978. Dengan berdirinya kelompok ini sudah banyak yang mengenal tentang pembuatan Kupiah Meukutop, termasuk gubernur Aceh dulunya pernah mengunjungi Desa Rawa Tungkop untuk melihat dan mengapresiasikannya, bahkan membeli karya-karya tangan dari kelompok ini. Jumlah anggota dalam kelompok Tungkop Indah ± 50 orang, yang terdiri dari sub-sub kelompok dimana masing-masing sub tersebut mempunyai bagian tugas, ada kelompok karang (mengarang), kelompok peukap, dan kelompok finishing. Proses pembuatan Kupiah Meukutop ini memakan waktu yang lama, untuk satu kupiah saja memerlukan waktu pembuatan sekitar ±15 hari yang dimulai dari proses karang (mengarang) yaitu proses menyambung/menyusun kain berwarna merah, kuning, hijau dan hitam yang sudah dipotong berukuran 2 cm secara teratur dan bergantian menurut motif kupiah sampai terbentuk motif “kunci” dan motif plap plip atau disebut dengan motif bungong kupula sampai terbentuk 16 tumpuk atau 16 bentuk motif kunci. Setelah proses karang selesai, dilanjutkan dengan proses peukap yaitu proses penyambungan karangan tadi yang dipotong perbarisnya, kemudian disatukan pada baris karangan yang lain dengan menggunakan jepitan bambu atau sering disebut dengan “panggang”. Selesai di proses panggang dilanjutkan dengan proses pemasangan neumuek pada badan kupiah, dilanjutkan dengan pemasangan dulon pada badan kupiah, kemudian baru dilanjutkan pemasangan kapas pada pucak kupiah. Setelah selesai penjahitan badan kupiah dan pucak kemudian dilanjutkan dengan proses penyambungan kupiah dengan pucak, dan proses yang terakhir setelah kupiahnya siap dilanjutkan dengan proses “ruet” atau diikat/diketatkan pada bagian tengah kupiah dengan menggunakan tali yang kuat untuk membentuk lekukan pada tengah kupiah, sehingga menjadi sebuah Kupiah Meukutop. Kupiah Meukutop memiliki 5 warna dasar yaitu : merah, kuning, hijau, hitam dan putih yang masing-masingnya mempunyai makna tersendiri. Seperti pada warna merah melambangkan kepahlawanan, warna kuning artinya kerajaan atau negara, warna hijau menandakan keagamaan, warna hitam berarti ketegasan atau ketetapan hati, sedangkan warna putih melambangkan kesucian atau sebuah keikhlasan. Kupiah meukutop juga terbagi dalam 4 bagian. Sama halnya seperti warna Kupiah Meukutop, tiap bagian pun juga mempunyai arti tersendiri. Pada bagian pertama bermakna hukum, pada bagian kedua bermakna adat, sedangkan pada bagian ketiga bermakna qanun dan pada bagian keempat bermakna reusam.