Loading

Informasi WBTb

Tingkatan Data : Provinsi
Tahun pendataan : 01 January 2022
Tahun verifikasi dan validasi : 01 January 2022
Tahun penetapan : 01 January 2022
Sebaran kabupaten/kota : Kabupaten Aceh Jaya.
Entitas kebudayaan : WBTB
Domain WBTb UNESCO : Seni Pertunjukan
Kategori WBTb UNESCO : Seni Tradisional
Nama objek OPK : Dikee pam panga

Identitas Warisan Budaya Takbenda

Wilayah atau level administrasi : Provinsi
Kondisi sekarang : Masih Bertahan

Alamat Warisan Budaya Takbenda

Kabupaten/Kota : Kabupaten Aceh Jaya

Deskripsi Warisan Budaya Takbenda

Updaya pelestarian : Dokumentasi, Pendidikan, Pengajaran, Reitalisasi
Referensi : -

Penerimaan Formulir Warisan Budaya Takbenda

Tanggal penerimaan formulir : -
Tempat penerimaan formulir : -
Nama petugas penerimaan formulir : -

Nama Lembaya Budaya

Nama lembaga : -

Nama SDM Kebudayaan

Nama lembaga : -

Deskripsi Singkat

WBTb

Nama Lainnya : Dikee pam panga

Dikee Pam lahir pada tahun 1951 di Gampong (Desa) Tuwi Eumpeuk Kecamatan Panga Kabupaten Aceh Jaya berkat kreasi dari Tgk. Hamzah (meninggal 1978). Sejak dari pertama sekali diciptakan hingga saat ini, kelompok yang menekuni dan melestarikan Dikee Pam ini hanya ada di Tuwi Eumpeuk. Seniman yang menekuni Dikee Pam ini berhimpun dalam Sanggar Aneuk Nanggroe. Menurut Tgk. Marwan yang pernah menjadi ketua Sanggar Aneuk Nanggroe sejak 1997 sampai 2018 dan saat ini sebagai orang yang dituakan di Sanggar tersebut, alasan mengapa Dikee Pam hanya ada di Tuwi Eumpeuk karena tidak adanya permintaan dari Sanggar atau Seniman dari luar Tuwi Eumpeuk untuk diajarkan Dikee Pam tersebut. Pada dasarnya, masyarakat Tuwi Eumpeuk, khususnya Sanggar Aneuk Nanggroe tidak keberatan bila Dikee Pam berkembang keluar desa mereka. Mereka siap mengajarkan Dikee Pam keluar komunitasnya bila ada permintaan. Pada mulanya, Dikee Pam merupakan ritual memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW. Dalam rangka memperingati maulid Nabi, Dikee Pam ini awalnya adalah Dikee Molod (ritual pembacaan shalawat, khususnya versi kitab Barzanji, dalam rangka memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW) sebagaimana umumnya berkembang di seluruh wilayah pesisir Aceh, baik pesisir Timur maupun pesisir Barat. Dalam perkembangannya, Dikee Pam bertransformasi dari hanya dilakukan dalam rangka perayaan Maulid Nabi menjadi sekaligus seni pentas yang ditampilkan dalam berbagai kesempatan, seperti acara perkawinan, acara-acara resmi pemerintah dan festival kebudayaan. Perubahan ini mulai terjadi sejak tahun 1978 yang diinisiasi oleh Tgk. Hanafiah (meninggal pada Tsunami 2004 dalam usia 60 tahun). Di antara penampilan Dikee Pam yang paling signifikan dan berkesan pada para pegiatnya adalah penampilan pada Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) di Banda Aceh mewakili Kabupaten. Penampilan pertama mereka di ajang PKA terjadi pada tahun 2004. Hingga kini Dikee Pam sudah dipentaskan di tiga PKA, mewakili Kabupaten Aceh Jaya.