Loading

Informasi WBTb

Tingkatan Data : Provinsi
Tahun pendataan : 01 January 2023
Tahun verifikasi dan validasi : 01 January 2023
Tahun penetapan : 01 January 2023
Sebaran kabupaten/kota : Kabupaten Simeulue.
Entitas kebudayaan : WBTB
Domain WBTb UNESCO : Tradisi Lisan dan Ekspresi
Kategori WBTb UNESCO : Upacara Tradisional
Nama objek OPK : Bahasa Devayan

Identitas Warisan Budaya Takbenda

Wilayah atau level administrasi : Provinsi
Kondisi sekarang : Sudah Berkurang

Alamat Warisan Budaya Takbenda

Kabupaten/Kota : Kabupaten Simeulue

Deskripsi Warisan Budaya Takbenda

Updaya pelestarian : perlindungan, pengembangan, pemanfaatan, pembinaan, pemajuan
Referensi : -

Penerimaan Formulir Warisan Budaya Takbenda

Tanggal penerimaan formulir : -
Tempat penerimaan formulir : -
Nama petugas penerimaan formulir : -

Nama Lembaya Budaya

Nama lembaga : -

Nama SDM Kebudayaan

Nama lembaga : -

Deskripsi Singkat

WBTb

Nama Lainnya : Bahasa Devayan

Sejarah bahasa Devayan adalah bahasa ibu yang digunakan dari beberapa bahasa yang ada di Kabupaten Simeulue, bahasa Devayan ini merupakan bahasa asli Simeulue dan dipakai sejak dari nenek moyang masyarakat Simeulue itu sendiri hingga saat ini. Asal mula masyarakat Simeulue adalah pada tahun 1836 di mana sekelompok orang dari Makassar yang bersuku Bugis berlayar menggunakan perahu besar tanpa mesin dengan alat bantu berupa arah angin yang dipasangi layar atau luyu, di perjalanan mereka menemukan sebuah pulau dan singgah di pulau tersebut yaitu pulau yang disebut sebagai Pulau Banyak dan sebagian rombongan lebih memilih tinggal untuk berkebun kelapa, kemudian sebagian rombongan tersebut melanjutkan perjalanan ke Pulau Simeulue. Sesampainya di Simeulue perahu besar yang digunakan sudah tidak bisa di pakai karena bocor, oleh karena itu mereka tidak bisa melanjutkan perjalanan sehingga mereka tinggal di sebuah perkampungan yaitu sekarang desa tersebut Desa Lhok Bikhao yang berada di Kecamatan Simeulue Barat. Pada Masa itu masyarakat yang sudah berada dan membuat perkampungan yang dipimpin oleh Kepala Suku di sebuah tempat yang si sebut Bano yang artinya tempat, yang mana saat itu bsno terbagi menjadi Bano Teupah, Bano Simolol, Bano Along, Bano Sigulai, dan Bano Leukon.  Tersebar di 7 Kecamatan yaitu : Kecamatan Teupah Barat, Kecamatan Teupah Selatan, Kecamatan Teupah Tengah, Kecamatan Simeulue Tengah, Kecamatan Simeulue Cut, Kecamtan Teluk Dalam, Kecamatan Simeulue Timur, Kabupaten Simeulue, Provinsi Aceh. Dalam cakupan penggunaannya, Bahasa Devayan 50% digunakan saat bertutur atau berkomunikasi sehari-hari, akan tetapi tidak menutup kemungkinan bahasa Devayan yang ada di Simeulue ini bisa punah atau tidak digunakan lagi, disebabkan saat ini masyarakat Simeulue terutama anak-anak muda Simeulue tidak terlalu mengetahui serta tidak menggunakan bahasa ini menjadi bahasa sehari-hari. Adapun pengguna atau penutur Bahasa Devayan saat ini ialah Maestro yang telah lama berkecimpung di bidang sejarah, seni dan budaya dengan menggunakan Bahasa Devayan serta orang-orang tua yang memang lahir dan besar dengan berkomunikasi menggunakan Bahasa Devayan. Kabupaten Simeulue memiliki 10 Kecamatan yang mana penggunaan bahasa Devayan ini hanya dipakai di sebagian daerah Simeulue saja, di antaranya Kecamatan Teupah Tengah, Teupah Selatan, Teupah Barat, Simeulue Tengah, Simeulue Cut, Teluk Dalam, dan Simeulue Timur. Akan tetapi, Bahasa Devayan ini terindentifikasi menjadi bahasa yang akan punah disebabkan penggunaanya mulai berkurang dari waktu ke waktu, maka dari itu bahasa Devayan sangat penting dan harus dilestarikan atau ditetapkan menjadi sebuah Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) yang ada di Kabupaten Simeulue, agar bahasa Devayan ini terus ada dan terlestari hingga masa depan. Saat ini memang bahasa Devayan ini masih digunakan dalam berkomunikasi, akan tetapi yang pengguna bahasa ini sebagian besar adalah bapak-bapak dan ibu-ibu yang memang dari kecil sudah berbicara dengan bahasa itu, adapun untuk anak-anak dan para pemuda di setiap Kecamatan terutama di kawasan Kecamatan Simeulue Timur lebih cenderung menggunakan bahasa Aneuk Jamee dan Bahasa Indonesia. Maka dari itu lambat laun tidak menutup kemungkinan bahasa Devayan ini akan terus berkurang pengguna bahasanya serta jika tidak dilestarikan akan hilang dengan sendirinya. Adapun Bahasa Devayan ini masih juga memiliki kekerabatan dengan Bahasa Aceh, Bahasa Jamee, dikarenakan ada beberapa suku kata yang membuat sama pengucapan dan penulisannya. Terkait dengan Dialeg dan Karekter atau cara penuturannya, Bahasa Devayan sendiri tidak terlalu banyak perbedaan antara setiap kecamatan yang masih menggunakan. Sedangkan untuk penulisan Bahasa Devayan ada perubahan antara tulisan dan pengucapannya, dan juga dalam penulisan kata-kata banyak juga menggunakan alat bantu simbol tanda petik untuk menjelaskan cara penekanan ucapananya dalam keseharian. Waktu-waktu yang dimana penggunaan bahasan Devayan dominan digunakan adalah pada syair-syair nandong, dan saat acara-acara resmi atau acara adat di Kabupaten Simeulue.