Loading

Informasi OPK

Tingkatan Data : Kabupaten
Tahun pendataan : 16 October 2025
Tahun verifikasi dan validasi : 16 October 2025
Entitas kebudayaan : OPK
Kategori : Seni

Detail OPK

Jenis Seni Rupa : Ketrampilan dan Kemahiran Kerajinan Tradisional
Jumlah Publikasi : -
Media Pembuatan : -
Teknik Pembuatan : -
Tahun Penciptaan : -

Deskripsi Singkat

WBTb

Nama Lainnya : Rapa'i Uroh Duek

Rapa’i Urôh duëk merupakan seni tradisional masyarakat Aceh yang lahir di wilayah Kota Lhokseumawe, sebuah Kota pemekaran dari Aceh Utara sebelumnya, Rapa’i Urôh duëk menampilkan permainan memukul rapai yang dimainkan secara berkelompok, sekurangkurangnya terdiri dari dua belas orang penabuh rapai dan satu orang khalifah yang disebut dengan sebutan syeh khali. Urôh diartikan gemuruhnya sebuah pertandingan sehingga permainan atau pertunjukan Rapa’i Urôh duëk merupakan pertunjukan pertandingan diantara dua kelompok (biasanya dari dua kampung yang berbeda) yang saling berhadaphadapan memainkan penampilan terbaiknya. Masyarakat dan pelaku seni musik tradisional ini meyakini dua konsep munculnya rapai di masyarakat; (1) rapai dibawa oleh para pedagang muslim untuk syiar agama Islam dan (2) rapai merupakan hasil modifikasi barang yang dilakukan masyarakat terdahulu untuk kebutuhan syiar ajaran agama Islam yang saat itu baru dikenal masyarakat. Selain untuk syiar agama, rapai dahulu juga digunakan untuk menggertak musuh dari arah laut dengan suaranya yang keras seolah-olah suara meriam. Dari nuansa sejarahnya, tidak heran jika saat ini kesenian Rapa’i Urôh duëk juga selalu menyertakan zikir (atau like) dengan pukulanpukulan menghentak dan kuat. Seni tradisional Rapa’i Urôh duëk dalam pertandingan ini dilakukan dalam bentuk posisi duduk (duek), dan Posisi Rapa’i Urôh duëk ini menciptakan penampilan yang sangat energik. Sambil dalam pada posisi duduk, alat musik rapai yang digunakan berukuran lebih kecil dengan diameter kurang lebih 40 cm. sementara pada formasi, uroeh duek dilakukan dalam formasi melingkar berlapis . Rapa’i Urôh duëk dimainkan dalam berbagai kesempatan mulai dari silahturahmi antar kampung hingga festival seni dan musik. Secara sederhana Rapa’i Urôh duëk biasa dimainkan setelah masa panen padi berakhir. Pada kesempatan lain, Rapa’i Urôh duëk dimainkan pada festival dan pagelaran seni hingga pembukaan kegiatan pemerintah baik daerah maupun pusat.