Tingkatan Data | : | Kabupaten |
Tahun pendataan | : | 16 October 2025 |
Tahun verifikasi dan validasi | : | 16 October 2025 |
Entitas kebudayaan | : | OPK |
Kategori | : | Tradisi Lisan |
Etnis Penutur | : | Aceh |
Komponen Tokoh/Pelaku | : | - |
Media Penyajian | : | - |
Kategori Cerita Rakyat | : | - |
WBTb
Nama Lainnya : PEUAYOEN ANEUK
PEUAYOEN ANEUK Masyarakat Aceh adalah masyarakat yang agamis. Dikatakan agamis karena dalam berbagai kehidupan masyarakat, agama sebagai sandarannya. Kenyataan ini seperti terungkap dalam sebuah hadih maja, "Hukòm ngón adat hana jeuet cré, lagée zat ngon sipheut." Arti hadih maja di atas menyiratkan petunjuk kepada para hakim atau pemimpin masyarakat agar dalam memutuskan dan melaksanakan hukum, di samping harus memedomani Hukum Syariat Islam, harus juga memerhatikan adat-istiadat yang hidup dan berlaku dalam masyarakat. hadih maja yan lain juga dapat disimak, "Adat meukoh reubông, hukór meukoh purieh, adat jeuet barangho takông, hukóm h'an jeuet barangho takieh." Artinya, sesuatu aturan hukum itu tidak dapat dilanggar, tetapi aturan yang menjadi adat masih sukar juga dielakkan.Salah satu adat yang berkembang dalam masyarakat Aceh adalah peu-ayon aneuk (dôda-idi). 1. Peuayon Aneuk dalam Masyarakat Aceh Apakah peu-ayon aneuk itu? Peu-ayon aneuk dapat dikatakan sebagai kegiatan membuaikan anak. Kegiatan ini biasanya dilakukan oleh kaum ibu. Para ibu di Aceh dulu (sekarang mungkin sudah agak berkurang, bahkan dapat dikatakan sudah hampir hilang), membacakan pantun ketika meninabobokan anak. Pembacaan pantun-pantun itu dimak- sudkan untuk menyampaikan pesan-pesan (pendidikan) yang memang dimulai pengejawantahan dari dari ayunan.hadis Inilah Rasulullah salah saw.satu yang menganjurkan kita menuntut ilmu dari ayunan sampai ke liang lahat. Pantun yang dibacakan ketika meninabobokan anak disebut dengan pantón dôdaidi atau pantôn ayon aneuk.Pantón ayôn aneuk adalah sejenis pantun yang didendangkan oleh para wanita (ibu-ibu) pada saat membuaikan anak (Mahmud, 2010:148). Isinya bermacam-macam, ada yang berisi nasihat, anjuran, larangan, dan harapan orang tua ketikasang anak dewasa kelak.Pantun-pantun yang didendang itu ada yang sedih, gembira, jenaka, dan kadang-kada berupa pencurahan rasa cinta yang menyayat hati. Misalnya, Jak lôntimang bungong padé beujroh pi-é rayek gata beujroh bèk rôh seungké bandum saré jiweueh gata Ketika membacakan pantun-pantun saat membuaikan anak, pembaca hendaknya menggunakan irama yang sesuai dengan tujuannya, yakni meninabobokan anak. Ada kecenderungan ketika membacakan pantun menggunakan nada yang tinggi dan tempo yang cepat. Hal ini tidaklah sesuai. Oleh karena itu, bacalah pantun-pantun itu dengan suara yang lembut sehingga anak dapat tertidur sambil mendengarkan pantun yang kita bacakan.