Loading

Informasi OPK

Tingkatan Data : Kabupaten
Tahun pendataan : 16 October 2025
Tahun verifikasi dan validasi : 16 October 2025
Entitas kebudayaan : OPK
Kategori : Tradisi Lisan

Detail OPK

Etnis Penutur : Aceh
Komponen Tokoh/Pelaku : -
Media Penyajian : -
Kategori Cerita Rakyat : -

Deskripsi Singkat

WBTb

Nama Lainnya : Bahasa Jamee

Bahasa Jamee atau Baso Jamu (sebutan dalam Bahasa Jamee) atau Basa Jamee (sebutan dalamBahasa Aceh adalah bahasa daerah yang penuturnya tersebar di sepanjang pesisir Barat Aceh, meliputi Kabupaten Aceh Selatan, Aceh Barat Daya, Aceh Barat, Nagan Raya, Aceh Singkil, Subulussalam dan Pulau Simeulue. Bahasa ini merupakan media komunikasi yang digunakan oleh Etnis Aneuk Jamee, salah satu etnis di Provinsi Aceh. Secara bahasa, Bahasa Jamee dapat diartikan sebagai Bahasa Tamu. Bahasa ini diyakini sebagai bahasa yang dibawa oleh para tamu yang datang dari Ranah Minang. Bahasa Jamee terdengar mirip dengan Bahasa Minang, namun kosa katanya berbeda karena sejak kehadirannya di Aceh telah mengalami percampuran dengan Bahasa Aceh yang telah lebih dahulu ada di Aceh sehingga membentuk bahasa yang disebut Bahasa Jamee. Adapun kedatangan para tamu dari Minangkabau dimaksud terjadi dilatarbelakangi oleh pecahnya perang Paderi di Sumatera Barat pada abad ke-17 tepatnya di tahun 1805-1836 di mana banyak orang melarikan diri, menyelamatkan diri dan menghindari kekacauan perang saat itu. Perlu diingat bahwa saat itu pesisir Barat Sumatera sampai ke Indrapura (Bengkulu) masuk ke dalam wilayah pengaruh Kerajaan Aceh. Migrasi orang Minang itu diterima dengan baik oleh orang Aceh. Seiring waktu kehadiran mereka lambat laun berasimilasi dan membentuk budaya baru yang dikenal dengan Etnis Aneuk Jamee hingga saat ini dengan bahasanya yaitu Bahasa Jamee. Dalam catatan lainnya, pada abad ke-14, kehadiran orang minang juga pernah ada. Saat itu orang Minang datang bersama ulama dari Pasai untuk mengajarkan agama Islam di pesisir barat yang dipimpin oleh Imam Geureudong. Seperti diketahui bahwa Imam Geureudong sering berkunjung ke Minangkabau untuk mengajarkan ajaran Islam. Ia juga terkadang diikuti oleh murid-muridnya saat kembali ke Aceh. Dalam kegiatannya menyebarkan agama Islam dari satu tempat ke tempat lainnya itu, beberapa di antara muridnya juga akhirnya memutuskan untuk menetap. Ini kemudian juga menjadi cikal-bakal etnis Jamee di Aceh. Seperti bahasa rumpun Melayu pada umumnya struktur bahasa Jamee terdiri dari subjek, predikat dan objek (bila diperlukan). Dalam budayanya, dalam struktur verbal, subjek dan objek sering mengalami perpanjangan dalam penjelasan yang lebih detail. Contoh kalimat berbahasa Jamee: (1) Alah ambo kecek cako kek inyo, jangan juo diulang-ulang berang tu, yang alah tu alahlah, dicukuikkan jo sampai di situ, indaklah pulo sampai hatinyo manukiekkan pasa tu. Artinya: Sudah saya sampaikan padanya, jangan lagi diulang-ulang amarah itu, yang sudah itu sudahlah, dicukupkan saja sampai di situ, tak mungkin sampai hatinya berteriak pasal itu. (2) Bareh ado gak saganggam, bilalang ado juo gak saikue, niat elok tu rancak wak jalankan taruih. Kok pun indak ada papan gak saalai, ko balakang ambo ambiak ka kamanakan. Artinya: Beras ada segenggam, belalang pun ada seekor, niat baik itu baiknya dijalankan terus. Kalaupun tak ada papan barang selembar, ini punnggungku ambilkan untuk keponakan. Sampai saat ini Bahasa Jamee masih bertahan, digunakan sebagai cara berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari termasuk dalam penyelenggaraan upacara adat. Bahasa yang dituturkan dalam adat biasanya dipenuhi kiasan dengan beranalogi seperti contoh No (2) di atas. Kiasan atau analogi dimaksudkan untuk memperhalus budi pekerti, namun antara pembicara dan pendengar akan sama-sama tau maknanya karena didasari konteks yang sudah sepemahaman. Bahasa Jamee sendiri tersebar di sepanjang pesisir barat Aceh, Dahulu terdiri dari 2 Kabupaten (Aceh Barat dan Aceh Selatan). Artinya pascapemekaran, wilayah dimaksud meliputi mulai dari Kab. Aceh Barat, Nagan Raya, Aceh Barat Daya, Aceh Selatan, Subulussalam, Aceh Singkil dan Simeulue. Dominasi penutur Bahasa Jamee terbanyak berada di Kabupaten Aceh Selatan sebagai kabupaten induk. Dipesisir barat ini penutur Bahasa Jamee tumbuh dan berkembang bersama bahasa lainnya seperti Bahasa Aceh yang lebih dominan. Selain itu berdampingan pula dengan Bahasa Kluet, Singkil, dan varian Bahasa Batak seperti Karo dan Pak-pak Boang di Subulussalam. Semuanya saling memberi dan menerima pengaruh satu sama lain.