Tingkatan Data | : | Provinsi |
Tahun pendataan | : | 21 February 2024 |
Tahun verifikasi dan validasi | : | 22 February 2024 |
Entitas kebudayaan | : | OPK |
Kategori | : | Bahasa |
Etnis yang Menggunakan | : | Aceh |
Jenis Aksara | : | Aceh |
Nama Dialek | : | - |
WBTb
Nama Lainnya : Bahasa Aceh
Bahasa Aceh merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh sebagian besar masyarakat di Provinsi Aceh di samping bahasa etnis lain. Dapat dikatakan bahwa 70% dari keseluruhan warga seprovinsi Aceh dapat bertutur dengan Bahasa Aceh. Penutur terbanyak tersebar di sepanjang pesisir Aceh Mulai dari Barat hingga ke Timur. Tidak ada data yang pasti secara ilmiah dari mana Bahasa Aceh berasal. Ada yang menyebutkan bahwa Bahasa Aceh berasal dari Kerajaan Campa di Vietnam, ada yang berpendapat Bahasa Aceh merupakan percampuran bahasa dari Arab, dan sebagainya. Semuanya dikarenakan sebagian kosakatanya memiliki kesamaan dengan bahasa di negeri itu. Namun belum ada kesimpulan yang dapat diyakini tepat secara ilmiah. Yang pasti adalah bahwa Bahasa Aceh seperti yang masih bertahan sampai saat ini telah digunakan berabad-abad lamanya. Ketika Aceh berada pada puncak kejayaannya, Bahasa Aceh telah dipakai sebagai bahasa resmi kerajaan dan digunakan secara luas di masyarakat. Sejak berabad-abad lalu Bahasa Aceh telah digunakan dalam karya sastra dan dunia literasi baik dalam aksara Arab Jawi maupun aksara latin. Bahkan karya-karya tersebut sampai popular di kerajaan-kerajaan lain di negara luar. Bahkan Kamus Bahasa Aceh pertama dihadirkan dengan terjemahan Bahasa Belanda pada tahun 1931. Hingga saat ini Bahasa Aceh dipergunakan sehari-hari di tengah keluarga dan masyarakat baik dalam kegiatan formal maupun informal. Bahasa Aceh juga dipakai dalam pidato, khotbah atau ceramah agama. Penggunaan yang terasa menonjol adalah di pasar-pasar bahkan di perkantoran. Hanya di wilayah perkotaan penggunaan Bahasa Indonesia mulai dominan di area publik. Contoh kalimat berbahasa Aceh: - Golom jipajoh bu aneuk nyan (Anak itu belum makan nasi) - Ureung nyan geutulong si Din (Orang itu ditolong oleh si Din) - Kayee nyoe geukoh lee ureung nyan (Kayu ini dipotong oleh orang itu) - Jeut neutulong cok siat ija nyan keu lon? (Bolehkah anda bantu ambilkan kain itu untuk saya?) Bahasa Aceh secara geografis terbagi dalam 8 dialek yang dipengaruhi oleh kondisi alam dan bahasa lain di sekitarnya, yakni: (1) Dialek Aceh Rayeuk meliputi Banda Aceh dan Aceh Besar, (2) Dialek Pidie meliputi Pidie dan Pidie Jaya, (3) Dialek Peusangan meliputi Bireun, Lhokseumawe dan Aceh Utara, (4) Dialek Pasee meliputi sebagian Aceh Timur dan Aceh Utara, (5) Dialek Aceh Timur meliputi Aceh Timur, Langsa hingga Aceh Tamiang (6) Dialek Meulaboh meliputi Aceh Barat dan Aceh Jaya, (7) Dialek Seunagan meliputi Nagan Raya dan sekitarnya, (8) Dialek Daya meliputi Aceh Barat Daya, Aceh Selatan, sebagian Aceh Singkil dan Subulussalam. Dari sudut pandang Linguistik, Bahasa Aceh dianggap unik karena memiliki kekayaan fonologis, leksikal, struktural, dialek hingga kesusastraan. Apalagi dalam berbagai kajian tata bahasa kontekstual juga memiliki bentuk yang khas. Oleh sebab itu, Bahasa Aceh memerlukan perlindungan yang dapat ditindaklanjuti dalam upaya pelestarian yang memungkinkannya bertahan dan tetap berkembang di tanah rencong, bumi serambi mekkah ini