Loading

Informasi Cagar Budaya

Tingkatan Data : Provinsi
Tahun pendataan : -
Tahun Verifikasi dan Validasi : -
Tahun penetapan : -
Entitas kebudayaan : CB
Kategori : Situs

Data Benda

Nama ODCB/CB di lapangan : Taman Sari Gunongan
Sifat Situs : Campuran
Periode Situs : Kolonial
Kelompok Situs : -

Lokasi Penemuan

Kabupaten/Kota : Kota Banda Aceh
Kecamatan : -
Desa/Kelurahan : -
Alamat : -
Latitude : -
Longitude : -
Ketinggian (mdpl) : -

Data Dimensi

Panjang : 2121
Lebar : 2121
Luas Tanah : 2121

Kondisi Terkini

Keutuhan : Utuh
Pemeliharaan : Terpelihara
Riwayat Pemugaran : Belum Pernah Dipugar
Riwayat Adaptasi : -

Data Kepemilikan

Kabupaten/Kota : -
Kecamatan : -
Desa/Gampong : -
Status kepemilikan : -
Nama pemilik : Negara
Status perolehan : -
Alamat : -
Latitude : -
Longitude : -

Data Pengelolaan

Status Pengelolaan : -

Batas Zonasi

Batas Zona Utara : Jalan Teuku Umar
Batas Zona Selatan : Sungai Krueng Daroy
Batas Zona Barat : Jalan Teuku Umar
Batas Zona Timur : Sungai Krueng Daroy

Deskripsi Singkat

Situs

Nama Lainnya : Taman Sari Gunongan

Tamansari Gunongan dibangun semasa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1636 M). Tamansari Gunongan disebut juga Taman Ghairah yang ditengahnya mengalir Sungai Daroy (Darul Asyiqi). Taman tersebut digunakan sebagai tempat bersenang-senang para permaisuri Sultan Iskandar Muda (Putri Pahang) anak Sultan Johor dari Malaysia. Sedangkan Kandang pada awalnya merupakan bangunan yang dipergunakan sebagai tempat kenduri oleh para keluarga Sultan Iskandar Muda. Setelah Sultan Iskandar Thani wafat ia dikebumikan ditempat ini, selanjutnya disebut komplek makam Iskandar Thani yang berdekatan dengan Gunongan. Di sebelah barat Gunongan terdapat batu bundar berteras, pada masa Sultan Iskandar Muda digunakan tempat cuci rambut bagi para permaisuri sultan apabila sudah selesai mandi di sungai Darul Asyiqi, bagian timur Gunongan terdapat Pintu Khop, konon kabarnya pintu tersebut merupakan pintu gerbang bagian belakang istana sultan. Bustanussalatin yang berarti taman raja-raja adalah judul kitab karangan Syeikh Nuruddin Ar-Raniri dan merupakan karya besar kesusastraan yang pernah ditulis dalam bahasa Melayu. Kitab tersebut ditulis oleh beliau pada tahun 1047 H (1637 M) yaitu pada masa kerajaan Aceh dipimpin oleh Sultan Iskandar Thani. Taman yang bergelar Taman Ghairah ini disebutkan luasnya seribu depa. Taman yang luas yang dilalui oleh sungai Darul Asyiki, penuh aneka pohon bebungaan, bangunan-bangunan yang terbuat dari berbagai batu pualam warna-warni, serta tiang-tiang yang dibalut logam tembaga, perak, dan suasa yang berukir indah. Bangunan yang saat ini masih tersisa sebagai bukti keindahan taman ini adalah Gunongan dan Pinto Khop. Cuplikan dalam kitab tersebut salah satunya menggambarkan melintasnya sungai, Darul Asyiki di tengah taman, yang kemudian sepanjang tepian sungai itulah Taman Bustanussalatin yang rimbun dan permai itu berada. Darul Asyiki yang dikisahkan dalam Taman Bustanussalatin pada abad ke-17 yang lalu bersumber dari mata air jabalul-a’la, di arah magrib (barat), yang mungkin kita kenal sekarang daerah bernama Mata Ie, sedangkan Darul Asyiki untuk saat ini masih dapat kita jumpai dengan nama Krueng Daroy. Seterusnya dalam uraian mengenai bangunan Gunongan dan Taman Bustanussalatin itu disebutkan berbagai bangunan indah berlapis pualam dan disalut logam berukiran, yang atapnya dihiasi dengan kemuncak yang kemilau. Taman dikitari oleh dinding batu berlapis kapur keperakan, dengan pintu gerbang yang berkup menghadap ke istana, yang bernama Pintu Biram Inderabangsa yang saat ini masih kita jumpai dengan sebutan Pinto Khop. Lapangan luas dengan kersik berbatu pelinggam yang sangat indah, diberi nama Medan Khairani. Di tengahnya ada bukit dengan menara tempat sultan bersemayam, bergelar Gegunongan Menara Permata. Permata ini terbuat dari tiang tembaga, atap perak dengan motif sisik rumbiah. Hiasan puncak dari suasa yang gemerlapan apabila ditimpa sinar matahari. Di dalamnya penuh hiasan dari permata dan di gunongan ini ditanam pula aneka bunga seperti cempaka, air mawar merah dan putih, serta srigading. Pada sisi bangunan ke arah sungai terdapat bangku batu berukir yang bergelar Kembang Lela Masyhadi, dan dihulunya berada peterana batu lainnya yang berwarna nilam yang disebutkan Kembang Seroja Berkerawang. Sebuah masjid juga didirikan di taman ini, Mesjid yang dinamai Isyki Musyahadah dikelilingi dengan berbagai jenis pepohonan kelapa, seperti nyiur gading, nyiur nargi, nyiur putih, nyiur karah, nyiur manis, nyiur dadih, nyiur ratus, nyiur rumi, diselingi pula oleh pepohonan pinang, seperti pinang bulan, pinang gading, pinang bawang, dan pinang kacu. Selain itu masih banyak lagi balai-balai yang indah yang disebutkan di dalam Kitab Bustanussalatin. Bangunan tersebut dirancang oleh ahli-ahli dari Cina dan Turki yang kaya dengan ukiran dan jenis bahannya.